π Tujuan :
· Memahami bahwa setiap bagian dari tubuh Kristus penting dan diperlukan sehingga orang-orang Kristen dapat bertumbuh kuat dan sehat
· Belajar tentang karakteristik tubuh Kristus
· Ikut serta dalam aktivitas yang melatih setiap orang Kristen saling menguatkan
π Ayat hafalan :
Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan. I Tesalonika 5:11
π π£ WARM UP
· Memahami bahwa setiap bagian dari tubuh Kristus penting dan diperlukan sehingga orang-orang Kristen dapat bertumbuh kuat dan sehat
· Belajar tentang karakteristik tubuh Kristus
· Ikut serta dalam aktivitas yang melatih setiap orang Kristen saling menguatkan
π Ayat hafalan :
Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan. I Tesalonika 5:11
π π£ WARM UP
Debat : Make My Case!
Guru akan membagi kamu dan teman-teman menjadi beberapa kelompok dan diberi nama bagian-bagian tubuh. Setiap kelompok akan saling berdebat, “Siapa yang paling penting?”
Buatlah tanda di kaosmu yang menjadi ciri khas nama kelompokmu.
Nyanyikan bersama lagu The Body’s Song
ππ POWER UP
ππͺPRACTICE
Concordance Challenge
Ayo berlomba mencari dari konkordansi Alkitab ayat-ayat tentang anggota tubuh sesuai dengan bagianmu.
Buat Proyek Pelayanan yang dapat dilakukan secara khas (sesuai dengan keistimewaan bagianmu) bersama dengan anggota kelompokmu.
πΌπΈRALLY :
Encourage one another
And build each other up
Bulid each other up..2x
Encourage one another
And build each other up
Up..up…(9x)
The Body’s Song Buku lagu Perkantas No. 117
π£ Step by Step:
- Dimulai dengan Warm Up 10-20Menit.
- Doa Pembuka
- Masuk ke Power Up 20-30Menit
- Lakukan Practice 20-30Menit
- Tutup dengan Rally dan Doa Makan dan Pulang.
- Doa Pembuka
- Masuk ke Power Up 20-30Menit
- Tutup dengan Rally dan Doa Makan dan Pulang.
πProyek Ketaatan:
Lakukan proyek pelayanan sesuai dengan kesepakatan kelompokmu di kelas. Apa proyekmu?
πTugas Orangtua :
Tugas untuk Papa dan Mama akan dikirim melalui Surat atau Message oleh guru kelas
Talk So That They Listen,
Listen So That They Talk
Berbicara dengan anak sehingga anak mengerti dan mendatangkan hasil (sesuai maksud kita mengatakannya), tampaknya membutuhkan ketrampilan tertentu.
Pertama, marilah belajar dari Tuhan Yesus. Ketika berada di dekat anak-anak, Ia lebih menunjukkan kasihNya daripada mengajar mereka. Ia tahu bahwa anak-anak lebih membutuhkan perbuatan yang nyata daripada kata-kata. Mungkin saja mereka tidak mengerti seluruh kata-kata kita, tetapi dengan cepat mereka menangkap emosi yang terkandung dalam kata-kata kita. Yesus telah menunjukkan pada kita bahwa Ia menghargai anak-anak. Ketika kita menunjukkan betapa berharganya mereka, mereka pun lebih terbuka kepada kita.
Kedua, dasar dari komunikasi yang baik adalah relasi yang tulus. Relasi dengan sangat mudah dibangun dengan cara mendengar! Artinya, kita harus mengajukan pertanyaan yang baik kepada anak dan mendengarkannya tanpa langsung memberi kritik. Jika anak-anak merasa aman, mereka akan bercerita dengan bebas tentang ba-nyak hal.
Ketiga, ingatlah bahwa komunikasi yang baik melampaui hal-hal dasar seputar lingkungan rumah tangga. Cobalah untuk membicarakan hal-hal di luar itu yang menarik minat bersama, seperti hobi, aktivitas, buku, majalah, acara televisi atau film. Tumbuhkan suasana kebebasan mengeluarkan pendapat dan hindari hal-hal yang memutus percakapan.
“Bagaimana Cara Berbicara dengan Efektif”
� Dengarkan anak dengan penghargaan yang sama seperti ketika kita mendengarkan orang dewasa. Hindari dorongan untuk memotong atau menyela ketika anak berbicara.
� Dengarkan tanpa cepat menilai atau mengeritik kata-kata anak. (Anak memproses idenya ketika sedang berbicara. Jadi, dengarkan lagi dan ajukan pertanyaan untuk memperjelas).
� Sesering mungkin, panggil anak dengan namanya. (Jika kita tidak menyebut namanya, anak dapat me-ngira bahwa kita tidak sedang berbicara dengannya).
� Gunakan sentuhan ketika kita berbicara dengannya.
� Kadang-kadang beri contoh dengan menggunakan kata-kata ungkapan perhatian, yang kita ingin anak-anak ucapkan, seperti: “Tolong”, “Maaf”, “Tidak apa-apa”, “Saya mengerti”, atau ”Terimakasih”.
� Segeralah melihat dan tunjukkan hal baik yang anak lakukan. Keterbukaan dan kepercayaan diri anak akan berkembang ketika mendengar kita berkata,”Saya lihat kamu….” dan “Saya menghargai apa yang kamu lakukan” (atau “ Saya bangga lho padamu”,”Wah, hebat lho”)
“Pembunuh Percakapan”
� Mengoreksi apa yang kita pikir sedang anak katakan, atau sedang menyelesaikan kalimat atau pemikirannya.
� Sikap non verbal yang negatif, misalnya: melihat jam, menghela nafas, atau melihat ke arah lain.
� Sarkasme. Hal ini seringkali berakar pada perasaan bahwa kita lebih pandai dan merendahkan lawan bicara.
� Penjelasan yang berlebihan. Jelaskan dengan singkat dan langsung ke permasalahan.
� Membesar-besarkan. Hati-hati, karena anak-anak sangat peka terhadap kejujuran orangtua.
� Menyebut nama anak dengan menyebut nama panjangnya atau dengan mengucapkannya dengan tegas ketika kita marah, akan memutus percakapan. Fokuskan pada perilaku dan jangan pada pribadi anak.
Ingatlah bahwa setiap kali kita berbicara dengan anak, kita mempunyai pilihan untuk mengkomunikasikan kasih Tuhan atau tidak. Tumbuhkanlah relasi peuh kasih dengan anak melalui percakapan kita.
Diambil dari: Raising Up Spiritual Champions, hal 147-148



Comments
Post a Comment