π Tujuan :
1. Anak belajar bahwa semua yang kita miliki adalah karunia Tuhan bagi kita.
2. Anak mengerti bahwa persembahan menunjukkan bahwa kita percaya Tuhan akan memberikan apa yang kita perlukan.
3. Anak mau belajar menyerahan diri dan miliknya untuk dipakai bagi kemuliaan Tuhan.
π Ayat hafalan :
2 Korintus 9:7
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan.
π π£Attention Grabber:
2. Anak mengerti bahwa persembahan menunjukkan bahwa kita percaya Tuhan akan memberikan apa yang kita perlukan.
3. Anak mau belajar menyerahan diri dan miliknya untuk dipakai bagi kemuliaan Tuhan.
2 Korintus 9:7
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan.
π π£Attention Grabber:
π Bahan Cerita :
Lukas 21:1-4; http://ubdavid.org/advanced/practical/practical-christian23.html
Baik dalam PL maupun PB, Tuhan mengajarkan umat-Nya untuk memberikan persembahan. Tuhan meminta hal tersebut bukan karena Ia miskin atau memerlukan sesuatu dari kita. Akan tetapi, tujuan memberikan persembahan adalah : 1. Untuk mengingatkan kita bahwa Allahlah pemilik segalanya (Imamat 27:30). 2. Mengajarkan kita untuk mengutamakan Allah di atas segalanya. 3. Kita menjadi seperti Dia, yang memberi dengan tulus dan murah hati (2 Korintus 9:7).
Prinsip memberi adalah “When we give to God, God gives to us” (Amsal 3:9-10, Lukas 6:38b). Apa yang harus kita beri sebagai persembahan? 1. Diri kita sendiri 2. Sebagian dari apa yang telah Tuhan berikan pada kita (2 Korintus 8:5).
Bagaimana dengan kita? Ketika kita di gereja, sudahkah kita memberikan persembahan dengan tulus dan murah hati, supaya dapat dipakai untuk kemuliaan-Nya?
π Alat PERAGA:
π£ Step by Step:
- Berdoa pembuka
- Guru membacakan Firman Tuhan dan menggunakan alat peraga dengan coin-coin-an
- Untuk aktivitas, membuat tusuk sate sosis dan french fries untuk dijual.
- Doa pulang.
πΌπΈ Lagu :
Betapa hatiku berterimakasih, Yesus, Kau mengasihiku, Kau memilikiku
Hanya ini, Tuhan, persembahanku
Segenap hidupku, jiwa dan ragaku
S’bab tak kumiliki harta kekayaan
Yang cukup berarti ‘tuk kupersembahkan
Hanya itu Tuhan, permohonanku :
Terimalah, Tuhan persembahanku
Pakailah hidupku sebagai alatMu seumur hidupku
Hanya ini, Tuhan, persembahanku
Segenap hidupku, jiwa dan ragaku
S’bab tak kumiliki harta kekayaan
Yang cukup berarti ‘tuk kupersembahkan
Hanya itu Tuhan, permohonanku :
Terimalah, Tuhan persembahanku
Pakailah hidupku sebagai alatMu seumur hidupku
π¨ IDE Aktivitas :
Membuat dan menjual mini burger. Hasil penjualan dibagikan kepada anak-anak supaya mereka dapat belajar memberikan persembahan melalui usaha sendiri.
Mama, bimbing anak memberikan uang hasil penjualan di DK sebagai persembahan ke gereja pada saat ibadah hari Minggu. Ceritakan bagaimana anak melakukannya?
Papa, bacalah artikel terlampir, ajarkan konsep perpuluhan pada anak dengan menyisihkan uang mereka untuk persembahan. Bagaimana papa melakukannya?
Dua Puluh Ribu Rupiah
Puteriku menghampiri. “Pa, ini,” katanya sambil menyodorkan selembar uang dua puluh ribu rupiah. Aku masih belum menyimak maksudnya.
“Untuk apa?”
“Sumbangan untuk Program Peduli di kantor Papa.”
“Ooo, ya..ya..” Aku baru ngeh. Dan takjub. Aku seakan berhadapan dengan sesosok pribadi yang baru aku kenal. Dengan bergegas, aku berdiri untuk mengambil kuitansi tanda terima.
Dengan penuh sukacita, aku mulai menuliskan nama, alamat dan besarnya sumbangan yang diberikan puteriku untuk Program Peduli yang diadakan kantorku tersebut. Aku memberikan kuitansi bukti sumbangan kepadanya.
“Nanti kantor Papa akan mengirim surat terima kasih dan besarnya sumbangan yang telah diterima dari kamu,” ujarku. “Atas nama pengurus Program Peduli, Papa mengucaokan terima kasih atas sumbanganmu.”
Detik-detik yang berjalan saat itu seakan dipenuhi suasana surgawi. Aku mencoba untuk terus menikmati kebahagiaan yang datang dengan limpahnya. Bahagia karena melihat bagaimana puteri yang selama ini kami arahkan agar dapat melihat kebutuhan orang lain di luar kebutuhannya sendiri, sekarang mulai dapat mengambil tindakan nyata untuk berbuat sesuatu bagi orang lain. Selangit rasanya.
Beberapa minggu sebelumnya aku memang mempromosikan Program Peduli itu kepada puteriku yang sedang duduk di kelas dua SMP ini. Aku mencoba mendorongnya untuk mengajak teman-temannya untuk menyisihkan sebagian uang saku untuk disumbangkan bagi orang-orang yang menderita karena kekurangan air bersih di beberapa daerah Nusa Tenggara Timur. Reaksinya adem-adem saja. Puteriku yang satu ini memang kesannya agak cuek. Sampai hari-hari terakhir tetap tak terdengar apa-apa. Aku pun juga tidak berharap apa-apa karena ini hal baru bagi dia.
Sebab itu, apa yang terjadi malam ini sungguh suatu kejutan.
Dua puluh ribu rupiah mungkin tidak ada artinya. Tetapi untuk puteri kami yang uang sakunya hanya beberapa ribu rupiah sehari, dua puluh ribu sungguh suatu jumlah yang tak kecil. Bahkan ini adalah sebagian dari tabungan kecil-kecilan yang dia coba kumpulkan untuk membeli sesuatu yang dianggap berharga untuk kenikmatan pribadinya. Dengan tabungannya berkurang dua puluh ribu, dia harus menunda keinginannya untuk membeli kaset atau buku yang menjadi kegemarannya.
Bagaimana pun, dua puluh ribu ini akan ikut melengkapi realisasi Program Peduli tahun ini. Uang ini mungkin akan menambah satu atau dua meter pipa air, atau akan menjadi satu kran air, atau menambah porsi semen yang akan digunakan untuk membuat bak air sehingga bak itu akan bertahan satu atau dua bulan lebih lama. Yang jelas, tanpa dua puluh ribu ini Program Peduli tahun ini rasanya kurang sempurna,
Aku ingin menghadiahkan tulisan ini bagi puteriku. Aku ingin dia mengetahui bahwa melalui uang sumbangannya, dia sudah ikut membawa perubahan bagi kehidupan orang lain. Dan itu sangat berarti, termasuk bagi dirinya sendiri, karena melalui keberaniannya memberi, dia akan menemukan satu nilai hidup yang sangat penting bagi masa depannya.
Aku pun teringat pada anak kecil lain yang telah menyerahkan lima roti dan dua ikan kepada Yesus dan bagaimana di tangan Tuhan benda-benda yang demikian terbatas menjadi demikian tidak terbatas dan menjadi berkat bagi demikian banyak orang.
Penghargaanku kepada puteriku makin bertambah karena melihatnya selangkah makin dekat menuju kedewasaan. Dan pada saat yang sama, aku juga semakin tergerak untuk menunjukkan kasih dan perhatianku kepadanya. (Hendrata Soenarya - September 1997) - Eunike/05/Triwulan II/2002
Comments
Post a Comment